Pages

Monday, September 27, 2010

Puluhan Hektar Buah Kakao di Gunungkidul Membusuk

\
Ilustrasi. (Foto : Dok)
GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Puluhan hektare tanaman kakao di Kabupaten Gunungkidul buahnya membusuk akibat tingginya curah hujan akhir-akhir ini. Sekitar 25 persen dari sekitar 100 hektare kebun kakao mengalami buah busuk akibat tingginya curah hujan.
"Buah kakao membusuk disebabkan oleh suatu virus yang sampai saat ini belum bisa teratasi, dan perkembangan virus akan semakin cepat merata ke semua buah yang lain ketika terjadi hujan pada malam hari," kata Ketua kelompok Tani Amrih Lestari, Suradi di Karangmojo, Gunungkidul, Senin (27/9).
Dia mengatakan berbagai pestisida yang dianjurkan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunung Kidul belum berhasil mengatasi penyebaran virus yang menyebabkan busuk buah tersebut. "Buah yang terkena virus busuk buah pada awalnya busuk seperti terserang lalat buah pada cangkangnya namun kemudian merata dan menembus bijinya, pembusukan buah tidak hanya dialami oleh buah kakao yang masih kecil namun juga terjadi pada buah yang siap dipanen," Katanya.
Dia mengatakan biji buah kakao yang membusuk meskipun masih ada isinya namun tidak laku dijual sehingga petani mengalami kerugian. "Satu pohon kakao bisa terserang busuk buah secara keseluruhan apabila buah yang busuk tidak lekas dibuang," tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Kelompok Tani Ngudi Subur, Yunus Suwardi di Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, mengatakan kurang lebih 25 hektar lahan perkebunan kakao terancam busuk buah yang mengakibatkan kerugian petani sampai puluhan juta. "Akibat serangan virus yang mengakibatkan buah busuk berakibat pada menurunnya produkitifitas buah kakao sampai sekitar 40 persen," katanya.
Harga kakao basah di Kelompok Tani Ngudi Subur, Kecamatan Patuk mengalami penurunan dari Rp5.500 menjadi Rp5.000 per kilogram sementara untuk harga kakao kering di Kelompok Tani Amrih Lestari Kecamatan Karangmojo Rp15.000 per kilogram.
Suradi, mengatakan harga kakao dari petani tergolong rendah dari yang ditentukan perusahaan penerima kakao yang menentukan Rp18.000 per kilogram bahkan terkadang bisa sampai lebih apabila kualifikasi yang ditentukan terpenuhi. "Petani pada umumnya kurang memperhatikan proses pengeringan buah kakao setelah dipetik," katanya.
Dia mengatakan proses pengeringan kakao dari petani pada umumnya tidak melalui tahap fregmentasi dan langsung dijemur sehingga berdampak pada berat jenis dan warna biji kakao. "Biji kakao yang dihasilkan petani berwarna putih tidak coklat dann apabila terkena cuaca lembab sedikit saja langsung berair karena proses fregmentasi tidak dilakukan padahal kualifikasi yang diinginkan pabrik adalah biji berwarna coklat dan kering alami," katanya.
Menurut dia, dari proses pengeringan yang dilakukan petani tersebut juga berdampak pada berat jenis kakao. "Biji kakao dalam ukuran yang sama dengan proses pengeringan yang benar akan lebih berat sekitar 2 gram sampai 5 gram per bijinya," katanya. (Ant/Van)


Sumber : www.krjogja.com

1 comments:

77777 said...

Hal yang tidak pernah terbayankan kini jadi kenyataan kepada keluargaku,,,kusus untuk AKI ALIH kami ucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada aki. karena berkat bantuannya alhamdulillah keluarga kami bisa lepas dari hutang dan masalah, karena nomor “GAIB” untuk pasang togel, hasil ritual AKI ALIH memang benar-bener merubah nasib kami hanya sekejap,dan disitulah aku berkesempatan kumpulkan uang untuk buka usaha kembali,karena rumah juga sudah disita bank,,warung makan juga sudah bangkrut,,tapi itu semua aku masih tetap bertahan hidup dengan anak istriku,,walau cuma ngontrak tapi aku tetap bersabar dan akhirnya AKI ALIH lah yang bisa merubah nasib kami..maka dari itu AKI ALIH orang paling bersejarah di keluargaku…!!!jadi kepada teman-teman yang di lilit hutang dan ingin merubah nasib seperti saya silahkan hub AKI ALIH di nomor: 0823 1366 9888 atau dan dengan penuh harapan yakin dan percaya insya allah apa yang anda ingingkan pasti tercapai.ATAU KUNJUNGI BLOG


KLIK DISINI 2D 3D 4D 5D 6D






Post a Comment

Share